Monday 29 February 2016

Gunung Buthak sumpah aku kapok !



Seperti biasa di saat hari ulang tahun saya, saya selalu merayakan moment ini dengan berjalan-jalan menikmati mahakarya tuhan yang maha esa. Jika tahun lalu saya merayakan ulang tahun saya di tempat sejarah di daerah Yogya namun untuk tahun ini saya memutuskan merayakannya di sebuah gunung. Gunung itu bernama Gunung Buthak, bagi seorang pendaki Gunung yang  terletak di kabupaten malang dan blitar ini merupakan gunung yang menantang untuk ditahlukan karena medannya yang berat serta keindahan puncaknya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi seorang petualang.
Tepat pada hari sabtu saya berangkat menuju ke gunung buthak dengan mengambil jalur dari kota batu malang dengan memakan waktu 4 jam lama perjalanan dari rumah menuju k epos perijinan pendakian gunung buthak. Hingga tepat pukul 15.00  wib saya beserta 7 orang teman saya sampai juga di pos perijinan pendakian gunung buthak. Setelah sampai kami pun segera mengurus perijinan supaya bisa lebih cepat mendaki keburu waktu kian gelap, setelah semua perijinan sudah teratasi kami pun memulai pendakian menuju ke gunung buthak yang katanya membutuhkan waktu 8 sampai 9 jam perjalanan hingga sampai ke padang sabana. Jalan awal masih sebuah lading jagung milik warga sehingga kami tidak mengalami kesusahan tak berarti namun setelah berjalan selama dua jam lebih akhirnya kami pun sampai juga di kawasan hutan liar dengan vegetasi tanaman tinggi dengan pohon-pohon yang bertumbangan akibat dari kebakaran hutan beberapa waktu lalu. Jalan kian sempit vegetasi hutan membuat kami untuk berjalan satu persatu demi keselamatan bersama. Satu jam lebih kami berjalan menembus vegetasi hutan liar setelah itu vegetasi hutan pun berubah yang dari awal berupa vegetasi pohon besar berubah menjadi vegetasi hutan lumut pertanda bahwa kami telah berada di ketinggian lebih dari 2000 MDPL. 
 
Tenaga saya pun mulai terkuras hingga kami memutuskan untuk beristirahat sambil menjalankan ibadah sholat maghrib sebelum menjalankan perjalanan yang masih panjang ini. Sebungkus mie instan menjadi teman pengganjal lapar saya waktu itu sambil meminum sebotol air segar yang saya ambil langsung dari sumber mata air yang berada di sekitaran hutan lumut. Setelah menjalankan ibadah sholat maghrib dan beristirahat selama setengah jam akhirnya kami lanjutkan perjalanan menembus hutan lumut yang memiliki medan yang cukup susah, pohon tumbang dan rimbunan tanaman lumut yang kuat membuat langkah kaki kami semua sedikit melambat, bahkan tak jarang saya harus berjalan menyeberangi sebuah batang pohon tumbang dimana samping kiri dan kanan saya adalah jurang yang sangat dalam sehingga membuat saya harus berhati-hati dalam memijakan kaki.

Namun karena kami kelelahan kami pun memutuskan untuk beristirahat kala itu waktu telah menunjukan pukul 21.00 malam dan kami pun membagi tugas ada yang mendirikan tenda dan ada yang membuat api unggun sebagai penghangat badan. Setelah tenda selesai dibuat saya pun langsung menaroh perlengkapan saya dan langsung beristirahat sambil menunggu perapian jadi. Selang beberapa menit akhirnya perapian pun jadi saya pun memanfaatkan api ini untuk menghangatkan badan sambil melepas lelah selama mendaki dari pos perijinan hingga saya pun mulai mengantuk dan langsung saja saya tidur dengan meninggal teman-teman yang masih asik menghangatkan badan.
“Heh heh heh….bangun “ terdengar suara teman saya membangunkan saya sambil berkata “ayo lanjut jalan ke padang savanna” saya pun hanya mengayunkan kepala sebagai pertanda kala itu. Setelah semua perlengkapan dan sampah sisa masak semalam telah kami bersihkan semua kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke padang sabana dengam beban yang lumayan ringan karena bekal makanan sudah berkurang sedikit. Jalan menuju padang sabana berbeda dengan jalan yang telah saya lewati sebelumnya. Jalan yang hanya berukuran 2 meteran dengan sisi kanan hutan lebat serta kiri sebuah jurang yang menakutkan menjadi rintangan tersendiri namun di tengah perjalanan kami mengalami hambatan hujan lebat pun mulau turun sehingga membuat kami harus berhati-hati dalam melangkah karena jalurnya sangatlah sempit dan berbahaya hingga kami memutuskan untuk berisitirhat di bawah sebuah pohon besar sambil menunggu hujan reda. Setengah jam sudah saya beristirahat hujan pun kian reda sehingga kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan ekstra hati-hati.
Setelah selesai melewati vegetasi hutan lumut yang curam akhirnya kami pun sampai disebuah jalur yang cukup lebar dengan ditumbuhi pohon-pohon besar yang kokoh dengan suhu yang sangat dingin dengan di tambah dari hujan tadi yang turun sehingga menjadi pertanda bahwa saya sudah berada diatas ketinggian lebih dari 2500 mdpl. Satu persatu jalan saya lalui hingga akhirnya saya sampai juga di sebuah padang sabana tepat pukul 10.00 wib.
Namun lagi-lagi badai pun menghampiri kami hujan lebat disertai angina yang membawa udara dingin mulai menyerang kami, sungguh ini badai paling keras yang pernah saya jumpai selama mendaki gunung. Hingga saya memutuskan untuk berteduh disebuah tenda milik pendaki lain. Sambil menunggu hujan reda supaya saya dapat menggapai puncak gunung buthak.
Namun karena alasan keamanan saya pun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan karena badai tak kunjung berhenti walau waktu telah menunjukan pukul 13.00 wib waktu setempat, rasa menyesal memang ada dalam diri saya karena saya tidak dapat melanjutkan hingga puncak namun karena factor alam dan keselamatan maka saya putuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan menuju puncak dan memutuskan untuk turun ke bawah hingga  hujan benar-benar reda. Perayaan ulang tahun ke 18 tahun di gunung pun gagal namun saya masih bangga karena saya sudah berjuang menahlukan gunung buthak walau tak sampai puncak tertinggi.
Karena tujuan utama mendaki bukanlah menahlukan puncaknya tapi menahlukan diri sendiri. Salam lestari
 

0 komentar:

Post a Comment

Selamat Datang Di Website Kami Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Website Kami.
Di Mohon Untuk Tidak Berbicara Kasar Saat Mengomentari Postingan Kami